Mahjong Ways 2, Scatter Hitam, dan Stimulus Musdikin
Musdikin baru bangun tidur siang ketika berita itu lewat di TV milik tetangganya. Volume terlalu keras, seperti biasa. Angka-angka besar dilempar begitu saja oleh pembawa berita dengan raut datar. Stimulus ekonomi senilai Rp24,4 triliun resmi dirilis pemerintah, katanya.
Musdikin tak bereaksi banyak. Tidak heran, tidak kagum, juga tidak marah. Tapi matanya agak melotot ketika si penyiar menyebut angka triliun dengan jeda terlalu lama, seperti sengaja menekankan betapa berat kata itu. Ia lalu mengambil ponselnya. Bukan untuk cek berita lanjutan, melainkan membuka aplikasi Mahjong Ways 2. Sejak dua bulan lalu, itu satu-satunya aplikasi yang membuatnya merasa sedang mengatur sesuatu, bukan sekadar pasrah digerus waktu.
Scatter Hitam dan Pertanda Pertanda Aneh
Kalau bicara soal scatter, maka scatter hitam selalu punya aura berbeda. Warnanya tidak biasa, munculnya tidak sering, efeknya sering diceritakan berlebihan. Di warung kopi, orang bisa debat sampai Maghrib cuma karena satu tangkapan layar yang memperlihatkan tiga scatter hitam sejajar.
Musdikin tidak terlalu percaya. Tapi juga tidak menolak sepenuhnya. Ia lebih suka menyebut scatter hitam sebagai pertanda. Bukan pasti untung, tapi mungkin sedang diberi sinyal oleh semesta untuk lebih peka.
Dan anehnya, setiap kali negara bicara angka besar, seperti triliun, seperti 24,4 itu, scatter hitam lebih mudah muncul. Atau mungkin cuma perasaannya saja yang sedang tajam. Atau barangkali memang ada pola tersembunyi di balik layar permainan itu, seperti pola rahasia dalam pembagian bansos.
Stimulus Ekonomi dan Tangan Gemetar
Saat berita masih mengalir, Musdikin tekan layar dengan jempol kanan. Tidak terlalu keras, tapi cukup yakin. Ia tahu ini bukan waktu gacor biasanya, tapi berita tadi masih mengendap di kepala. Dan entah kenapa, itu membuat tangan ingin mencoba.
Putaran pertama tidak menghasilkan apa-apa. Begitu pula putaran kedua. Tapi di putaran ketiga, dua scatter biasa muncul. Jantungnya mulai deg-degan. Layar bergetar pelan. Lalu muncul scatter hitam. Ia diam. Tidak teriak. Tidak senyum. Cuma menunduk sebentar, lalu lanjut main seperti biasa.
Hasilnya tidak luar biasa. Tapi cukup buat makan dua hari tanpa ngutang. Yang lebih penting, ia merasa didengar. Di tengah dunia yang terlalu gaduh, itu rasanya seperti kemewahan kecil.
Gacor Itu Soal Waktu atau Pikiran?
Musdikin pernah diajak ikut grup diskusi di Facebook. Isinya ribuan orang bahas soal pola kemenangan, jam main, jumlah putaran, warna baju, hingga posisi badan saat main. Ia keluar setelah seminggu. Terlalu ramai. Terlalu banyak teori yang saling bentrok.
Menurutnya, gacor itu tidak bisa dijelaskan tuntas. Sama seperti bagaimana uang triliunan bisa hilang dalam proyek infrastruktur tapi jalan kampung tetap rusak. Ada yang tak bisa dipetakan pakai logika biasa. Maka lebih baik diam dan merasakan.
Musdikin lebih suka main saat hari sedang datar. Tidak terlalu senang, tidak terlalu sedih. Seperti hari itu, saat angka stimulus dilempar ke publik, lalu menguap tanpa efek nyata di warung, di pasar, di dapur.
Main Karena Butuh, Bukan Cuma Iseng
Tidak semua orang main karena bosan. Musdikin main karena ingin merasa bisa menang di satu hal. Meski cuma di layar kecil, meski hasilnya sering lenyap ke pulsa dan mie instan. Permainan ini memberinya ruang untuk mengatur sesuatu, walau kecil, walau rapuh.
Scatter hitam bukan tujuan, hanya simbol. Tapi simbol bisa jadi penting saat hidup terlalu banyak ketidakjelasan. Seperti angka triliun itu, yang besar tapi sering tak terasa. Seperti janji pemerintah, yang terdengar meyakinkan tapi cepat dilupakan.
Dunia Jalan Terus, Musdikin Tetap Main
Sore makin tua. Suara adzan terdengar dari masjid dekat lapangan. Musdikin belum berdiri. Layar ponsel masih menyala, angka naik turun, gambar berubah cepat. Ia tidak berharap banyak. Tapi tetap menekan layar. Karena itu satu-satunya hal hari ini yang bisa ia kontrol.
Dan mungkin, entah malam ini atau minggu depan, scatter hitam akan muncul lagi. Tidak selalu membawa uang, tapi membawa rasa: bahwa meski kecil, ia masih bisa merasakan menang. Setidaknya di satu tempat. Setidaknya untuk sebentar.